Turki Bantah Perluas Militernya di Irak untuk Gempur ISIS
Ankara - Turki membantah telah memperluas kegiatan militernya di Irak Utara. Setelah pasukan militernya dikerahkan dekat dengan daerah yang dikontrol ISIS.
Dilansir dari AFP, Sabtu (5/12/2015), Irak mengecam kegiatan tersebut. Dan menyebutnya sebagai kegiatan ilegal.
"Kamp di Bashiqa yang berjarak 30 kilometer atau 19 mil dari timur laut Mosul adalah fasilitas pelatihan yang didirikan untuk mendukung perjuangan relawan lokal dalam melawan terorisme," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu dalam pidato yang menyangkal laporan bahwa pengerahan pasukan tersebut untuk operasi darat terhadap ISIS yang disiarkan oleh televisi.
Media Turki melaporkan sebanyak 600 tentara Turki yang didukung oleh 25 tank telah dikirim ke daerah Bashiqa dekat Kota Mosul. Kota tersebut merupakan kota utama ISIS di Irak.
Irak pun telah meminta Turki untuk segera menarik pasukannya termasuk tank dan artileri. Karena menurutnya pengerahan pasukan ini tanpa persetujuan Baghdad.
Namun Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan bahwa kamp tersebut sebenarnya tidak baru. Dan kamp itu telah melatih warga Irak dan atas permintaan dari kantor Gubernur Mosul dan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan Irak.
Dia menambahkan bahwa lebih dari 2.000 warga Irak telah dilatih di kamp tersebut selama hampir satu tahun. "Kami siap untuk memberikan dukungan terhadap tentara nasional Irak dan memenuhi permintaan dari kepolisian Irak," ujar Davutoglu.
Davutoglu pun menggambarkan aktivitas militer di kamp tersebut sebagai kegiatan yang rutin. Dan untuk mengurangi resiko gangguan keamanan.
"Kami telah melatih dan akan terus melatih saudara kita di Irak di kamp Basiqa dan di kamp-kamp lain yang ada di Irak Utara untuk melawan ISIS," lanjut Davutoglu.
Davutoglu menambahkan menteri pertahanan kedua negara telah berbicara melalui sambungan telepon. Dalam sambungan telepon tersebut, menteri pertahanan Irak akan mengunjungi TUrki dalam waktu dekat.
"Dalam waktu dekat juga, saya akan mengunjungi Irak," tutup Davutoglu.(***)